Sahabat

"Memangnya aku tidak boleh jatuh cinta?" Kata Aisya sembari mengancingkan lengan gamisnya. Ia menoleh ke arah Maryam, sahabatnya sejak 8 tahun yang lalu. Belum beranjak dari tempatnya, Aisya merapihkan jilbabnya, membetulkan penitinya. Kemudian dia berjalan mendekati Maryam yang sedari tadi sibuk dengan mengotak atik laptop putih di depannya.
"Maryam" tegur Aisya. "Kamu dari tadi simak cerita ku gak sih?" Sambung Aisya dengan wajah ditekuk. "Hmmm iya Sya, aku denger. Nanti ya, aku lagi sibuk" Maryam memang hobi mengotak atik laptop, bukan karena iseng, tapi dia memang bekerja di laptop, Maryam bilang laptop itu sahabat keduanya setelah Aisya.
Aisya yang suntuk menunggu Maryam kemudian membuka handphone, memainkan aplikasi instagram, scroll up, scroll down, sampai akhirnya dia menemukan.... ya foto. Foto laki-laki yang sedang ia kagumi.
"Maryam. Ini foto mas Adam kan. Maryam liat deh foto mas Adam" sambil mengoyak lengan Maryam kegirangan. Maryam yang akhirnya menyerah pada Aisya akhirnya memutuskan untuk memalingkan perhatiannya pada sahabtnya. "Iya Sya, kenap foto mas Adam?" Secepat kilat Aisya kemudian memberikan handphone nya pada Maryam. Maryam memicingkan mata, berfikir, kemudiam berkata "Terus? Kenapa?" Melihat ekspresi datar dari Maryam, Aisya berkata "Cakep kan? Penghafal lagi duuuhhh" celoteh Aisya yang tidak sadar kalau Maryam sudah terjun ke dunianya yang lain dengan laptopnya.
Baru saja Aisya akan mengangkat suara, "Sya, gak baik melihat foto bukan muhrim. Nanti zina mata lho haha" kata Maryam.
Aisya dan Maryam memang memiliki sifat yang agak berbeda, Aisya dengan cerewetnya dan Maryam dengan tenang dan kalemnya. Bertolak belakang, namun saling melengkapi.
"Jangan berlebihan Sya, gak baik. Mending di unfoll aja, terus fotonya yang di handphone juga di hapus, biar kamu gak liatin terus" Aisya sepertinya sudah siap dengan sugadang pembelaan, namun lagi lagi ketika dia akan mengangkat suara "Jangan terlalu banyak pembelaan Sya, kamu kan udah tau sendiri batasan-batasannya dimana. Kamu juga udah paham kalau jatuh cinta sebelum waktunya harus bagaimana. Mending perbaiki diri dulu aja yang baik, janji Allah wanita sholeha untuk laki-laki sholeh kan, jadi kalau kamu udah jadi baik, siapa tau dikasi yang lebih dari mas Adam sama Allah"
Menyadari kalau Aisya sudah mempunyai segudang argumen, Maryam kemudian terdiam seolah mempersilahkan Aisya berbicara "Ya iya tau kok, cuma..... ya iya aku tau aku kelawatan batas"
Atmosfer didalam ruangan persegi itu berubah menjadi serius, Maryam mematikan laptop dan berpaling ke arah Aisya. "Nah, jadi sesuka apapun kita sama orang kita harus tau batasan, tau jarak, tau cara bersikap, dan... tau diri. Bahwa kita belum cukup baik untuk mereka, bahwa kita belum cukup baik untuk anak-anak kita. Tidak ada yang bilang mengagumi seseorang itu dosa, tidak ada yang bilang menyukai orang itu salah, dan tidak ada yang bilang juga kalau jatuh cinta itu dosa. Tidak ada, Sya. Asal caranya benar, porsinya benar, sesuai, gak berlebihan. Jelas kalau berlebihan gak baik, jelas kau caranya salah malah yang tadinya cinta itu fitrah bisa jadi dosa. Jangan sampai Allah benci karena kita menduakan-Nya. Jadi......" kata Maryam dengan nada suara agak tinggi "Mari berubah sebaik mungkin supaya Allah ngasi jodoh yang baik jugaaa" lanjut Aisya memotong kalimat Maryam. Kemudian mereka berpelukan, dekapan hangat persahabatan.

Sahabat sejati itu tidak mengantarkan mu pada maksiat, tapi menuntun mu ke jalan yang lebih baik. Untuk mbak Cuhin, mbak Bunga, Kak Nifo, sama si cabe Nova, terima kasih, i love you.