RESENSI #2 Islam Tuhan Islam Manusia Karya Haidar Bagir



Judul : Islam Tuhan, Islam Manusia
Penulis : Haidar Bagir
Penerbit          : Mizan
Jumlah Halaman : xxxiii+288 halaman

Buku ini adalah buku pertama dari seoarang Haidar Bagir yang saya baca. Pertama kali membuka buku ini, kita tidak akan menemukan daftar pustaka atau kata pengantar seperti kebanyakan buku pada umumnya. Bagian yang sangat awal dari buku ini adalah Aku dan Islamku sebuah sub bab yang sepertinya sengaja ditulis oleh Haidar Baghir ini sebenarnya sama dengan Sekapur Sirih dibuku-buku yang biasa kita baca. Hanya saja, ketika membaca sub bab ini kita akan merasa lebih mengenal penulis secara pribadi. Bagian ini membuat saya sudah jatuh hati pada buku ini sebelum selesai membacanya.
Islam Tuhan, Islam Manusia adalah sebuah buku yang menghadirkan banyak sekali permasalahan-permasalahan tentang agama, dalam hal ini agama Islam, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di negara-negara lainnya. Buku ini merupakan kumpulan tulisan dari Haidar Baghir yang sebelumnya pernah diterbitkan melalui beberapa koran mulai dari tahun 1985 yang dikumpulkan kembali oleh penulis dan dijadikan satu dalam buku ini. Kumpulan tulisan dalam buku ini dibagi ke dalam 5 (lima) bagian: Bagian Masalah, Khazanah (Pemikiran Islam), Bagian Pendekatan (bagian ini terdiri dari dua bagian), dan yang terakhir adalah Bagian Solusi.

Buku ini juga menyuguhkan tulisan yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah besar yang saat ini tengah dihadapi oleh manusia di seluruh dunia. Bagaimana perkembangan teknologi komunikasi massa yang mulai bergerak di luar kendali sehingga memungkinkan manusia untuk memalsukan sebuah pesan. Selain itu juga membahas tentang gerakan-gerakan radikal yang melahirkan suatu paham divisif intra-Islam yang biasa disebut takfirisme, yaitu suatu paham atau gerakan radikal yang berakar pada ajaran untuk melabeli kelompok yang tidak sejalan dengan kelompoknya sendiri sebagai kafir.
Buku ini juga menuliskan secara detail bagaimana akal menjadi salah satu hal penting dalam beragama. Dalam buku ini dituliskan bahwa setiap orang mempunyai akses yang berbeda untuk memahami Al-Quran selama bersikap terbuka, tulus, yakni dengan pemikiran yang sehat dan hati yang bersih. Sehingga tidak dapat disalahkan apabila terdapat pihak-pihak yang mengandalkan akal terlebih dahulu untuk memahami agama, baru kemudian mencari dalil-dalil shahih tentang pemahamannya tersebut.

Salah satu bagian favorit saya daam buku ini adalah uraian penulis tentang mazhab dalam Islam. Meskipun tidak diuraikan secara detai, sub bab dalam buku ini yang sedikit membahas tentang mazhab dalam Islam cukup menambah wawasan. Mulai dari apa itu bermazhab, ada berapa banyak mazhab dalam Islam di dunia, dan bagaimana pandangan dari mazhab-mazhab tersebut. Hal yang perlu menjadi catatan adalah, para imam mazhab menyadari keterbatsan ijtihad mereka dan kemungkinan adanya kesalahan atau ketidaktepatan dalam ijtihad mereka. Juga toleransi dn keterbukaan mereka dalam mengakui adanya kemungkinan kebenaran pada ijtihad ulama lainnya.
Buku menampilkan beberapa pembahasan tentang Syiah, termasuk sub bab yang berjudul Dialog Sunni-Syiah. Hal baru yang benar-benar baru saya ketahui karena membaca buku ini adalah bahwa Syiah sebenarnya tidak hanya memiliki satu aliran, maksudnya adalah di dalam Syiah itu sendiri terdapat pembagian atau cabang-cabang dari Syiah itu sendiri. Sehingga, di buku ini juga dituliskan apabila ada pihak-pihak dari Syiah yang melakukakn hal-hal yang sekiranya tidak sesuai dengan apa yang kita pahami, maka kita tidak bias mengatakan bahwa Syiah secara umum menyimpang dari apa yang kita pahami, karena itu tadi Syah sebenarnya memiliki cabang-cabang di dalamnya. Dari buku ini, akhirnya saya juga mengetahui bahwa di beberapa negara Syiah menjadi mayoritas. Seperti di Bahrain sekitar 90% kemudian di Kuwait sekitar 40-50%. Terlepas dari bagaimana pendapat kita tentang Syiah, buku ini memberikan pengetahuan-pengetahuan baru yang mungkin saja belum kita ketahui sebelumnya.

Hal lain yang baru saya ketahui dari membaca buku ini adalah aggapan yang selama ini kurang tepat tentang non muslim. Dalam buku ini dijelaskan bahwa Kekafiran adalah pengingkaran dan penolakan atas kebenaran yang sesungguhnya memang telah dipahami, diterima, dan diyakini oleh seseorang sebagai sebuah kebenaran. Apabila seseorang tidak menerima Islam karena ketidaktahuan, atau karena argument-argumen tentang Islam yang sampai kepadanya tidak meyakininya, orang-orang seperti ini tidak serta merta dapat disebut kafir.

Sebelum mengkhiri resensi ini, perlu diketahui bahwa buku ini banyak menggunakan kosakata yang tidak umum. Sehingga kita sebagai pembaca akan mendapatkan banyak kosakata baru, meskipun untuk memahaminya harus mencari pengertian kata tersebut terlebih dahulu. Mengutip bagian favorit saya dari buku ini yang mengatakan bahwa pendapat ku (aku yakini sebagai) benar, tapi memiliki peluang untuk salah, dan pendapat orang lain (aku yakini sebagai) salah, tapi memiliki peluang untuk benar.

Komentar

Postingan Populer