Lemah Ku

Selalu ada alasan untuk setiap perdebatan antara aku dan kamu. Bukan. Maksud ku antara aku dan rasa ku.
Bagaimana aku berusaha untuk berhenti menunggu mu namun rasa ku semakin bergejolak, mendidih.
Bagaimana aku berusaha mengubur rindu ku namun ia semakin menggebu, menelan setiap gundah ku.
Aku pernah, berjanji pada hati ku, tentang kamu dan rasa ku. Bahwa aku akan merobek wajah mu dari pikir ku, bahwa aku akan menyudahi penantian ini.

Belum seberapa.
Belum juga seminggu.
Sehari.
Bahkan, belum sedetik pun.
Saat aku memutuskan untuk itu, ada bagian dalam diriku yang retak, tiba-tiba.

Pikir ku, bagaimana mungkin aku yang memutuskan untuk 'berperang' namun akulah yang kalah terlebih dahulu?

Mungkin ada yang salah. Mungkin cara ku mundur yang salah. Mungkin aku terlalu cepat memutuskan. Mungkin aku harus dulu tau bagaimana dia terhadap ku. Mungkin aku harus sedikit bersabar, atau mungkin... aku tidak perlu pergi. Lagi-lagi, terjadi perdebatan sengit antara aku, rasa ku, dan pikir ku.

Aku, dengan fisik ku yang lelah menanti mu terlalu lama.
Rasa ku, dengan segala tuntutan untuk terbalasakan.
Dan, pikir ku, dengan segala inginnya untuk selalu memenuhi diri tentang sosok mu.
Semampu ku untuk meyakini rasa dan pikir ku, bahwa semua ini memang harus di akhiri. Aku lelah dengan segala penantian ku.

Semakin aku mencoba, semakin banyak pula bagian dalam diriku yang patah. Hingga saatnya, aku sadar bahwa lemah ku adalah untuk mencoba jauh darimu.

Akhirnya, aku kembali. Kembali ke perempatan jalan ku yang semula. Kembali menanti mu, sendiri.
Saat itu, aku merasa ada yang kembali, ada bagian dalam diri ku yang tersambung kembali. Ada semangat menggebu dalam setiap penantian ku.

Aku sadar, bahwa sakit ku untuk menunggu mu, adalah bahagia ku.
Aku mengaku kalah pada rindu, atas ketidakmampuan ku untuk menahannya kembali.

Untuk mu, aku masih disini, diperempatan yang sama. Aku masih menunggu mu berbalik menoleh ke arah ku.

Komentar

Postingan Populer