Tertanda, Menantu Mu

Teruntuk Ibu mertua ku tersayang,
Terima kasih karena telah melahirkan belahan jiwa ku, bagian tulang rusuk ku, pelengkap hidup ku. Engkau telah berhasil membesarkannya dengan sangat baik, Bu. Ia sempurna tanpa cacat. Terima kasih untuk tak pernah menyerah padanya.

Teruntuk Ibu mertua ku tersayang,
Terima kasih karena telah bersedia menerima ku menjadi bagian dari keluarga hebat mu. Aku merasa beruntung, Bu. Sangat beruntung. Meski aku jauh dari kata sempurna, tapi aku akan berjuang untuk pantas bersanding dengan putra tersayang mu.

Ibu, maafkan aku. Saat ini aku jauh dari kata menantu idaman. Aku belum mampu menghidangkan masakan yang nikmat untuk putra mu.
"Aku tidak bisa masak, Bu."
Buruk memang, tapi berikan aku kesempatan untuk belajar, meski mungkin tak bisa senikmat masakan mu.

Bu, hati ku telah memilih berlabuh pada putra mu. Takdir telah mempertemukan kami. Aku menerima dia apa adanya. Lengkap dengan keras kepalanya dan sifatnya yang pemarah. Tapi bukankah kerasnya batu pun akhirnya dapat berlubang jika terus menerus diteteskan air? Bukankah api yang panas juga bisa padam jika disiram air? Aku akan menjadi itu untuk putra mu, Bu. Percayalah.

Ibu, suatu saat ini, setiap pagi, siang, dan malam, di meja makan yang sama dengan putri dan pangeran kecil kami, akan ku hidangkan dengan penuh cinta, untuk putra mu. Meski rasanya tak senikmat masakan mu, tak semenarik masakan di restoran bintang lima, tapi percayalah, ia ku hidangkan dengan penuh rasa cinta.

Tertanda, Menantu Mu.

Komentar

Postingan Populer