Akhir 'Kita'

"Pergi...." bisik laki-laki kulit putih itu pada gadis didepannya.
"Kau tak perlu menunggu ku. Aku tak pernah meminta mu untuk itu." Sambungnya lagi.

Gadis dengan balutan penutup kepala berwarna coklat itu hanya mampu menunduk, meremas-remas ujung penutup kepalanya yang basah, ia tak mampu berkata apa-apa, ia terlalu terluka untuk sekedar bertanya kenapa.

Perasaannya beradu. Saling menyalahkan. Harusnya bukan dia, harusnya aku tak menyukainya, harusnya aku tak pernah mengenalnya.

"Aku... tak pernah meminta mu untuk rindu. Bagaimana bisa kau..." laki-laki itu tak mampu melanjutkan ucapannya. Ia benar-benar tak menyangka semua akan sejauh ini.Sedang gadis mungil itu, hanya mampu larut dalam isaknya.

Tak ada yang mampu berkata. Tak ada yang menuntut penjelasan, pun tak ada yang berusaha menjelaskan. Masing-masing sibuk beradu dengan perasaannya.

"Aku tak pernah meminta mu untuk membalas rasa ku" kalimat itu keluar dari mulut gadis itu, samar-samar namun cukup menusuk telinga laki-laki didepannya.
"Aku tak pernah menuntut mu untuk bisa. Aku hanya minta, bolehkan" sambung gadis itu.

"Aku pun tak pernah menuntut mu untuk memilih ku. Aku tak bisa. Aku tak sesempurna itu untuk kau tunggu. Pergi. Labuhkan hati mu pada yang lain. Maaf" kalimat terakhir dari laki-laki itu sebelum ia beranjak dari duduknya.
Laki-laki itu semakin jauh. Ia pergi tanpa meninggalkan jawaban untuk berjuta pertanyaan yang ada.

"Bagaimana jika aku rindu padamu. Bagaimana jika aku ingin melihat mu. Apa yang harus aku lakukan pada rasa ku?" Isak gadis itu. Akhirnya pertanyaan itu keluar dari bibir mungilnya, namun kali ini, tak ada yang mampu menjawabnya

Komentar

Postingan Populer